Jatuh [C]inta

Kala udara menjadi panas dan badan membeku; apakah itu adalah rasa [c]emburu ataukah aku jatuh [c]inta?
.
.
Aku mempunyai seorang teman. Ia bilang kepadaku kalau ia suka pada seorang lelaki yang membantunya mengambilkan buku di perpustakaan.
Aku penasaran. Siapa lelaki itu? aku bertanya. Ia tak mau menjawab.
Ia bilang aku akan mengetahuinya segera.
.
.
Hari Minggu ia memintaku untuk ikut dengannya, menemani ke sebuah kafe baru di ujung jalan dekat sekolah.
Ia bilang akan bertemu dengan lelaki itu.
Aku mendadak menjadi seorang dokter [c]inta yang memberikan saran serta nasihat padahal diriku ini bukanlah ahli [c]inta.
.
.
Hari Minggu tiba.
Ternyata aku datang lebih awal. Aku men[c]ari tempat duduk karena temanku itu menyuruhku untuk men[c]ari tempat ketika aku sampai duluan.
Suasana di dalam kafe yang tenang dan kesan vintage yang dalam membuatku terpesona.
Aku melihat sekeliling dan menemukan seseorang yang kukenal. Lelaki yang menjadi dambaanku selama tiga tahun ini. Ia duduk disana seakan dirinya adalah objek lukisan yang menonjolkan ke-estetis-an yang mendukung desain ruang kafe bertema vintage.
.
.
Aku menyapa lelaki itu. Kegugupanku digantikan rasa berbunga karena keramahan lelaki itu. Kami berbin[c]ang [c]ukup lama sampai temanku menepuk pelan pundakku.
Ia berkata,

"Kau sudah kenal dengannya ternyata?"
"Eh?"
"Ini lho, orang yang aku bi[c]arakan dari kemarin. Kenalkan, orang inilah yang menjadi pusat perhatianku selama setahun ini," bisiknya di telingaku yang kemudian membuat udara di sekitarku menjadi panas dan tubuhku membeku.

Comments

Popular Posts